17 Agustus 2005 baru saja terlewati. Sebagian besar entitas masyarakat Indonesia menyambutnya dengan berbagai macam cara. Bermacam perlombaan rakyat yang meriah digelar di seantero Nusantara. Stasiun televisi menayangkan berbagai tayangan khas kemerdekaan mulai dari siaran langsung pengibaran dan penuruan Sang Saka Merah Putih hingga kondisi bangsa dan negara setelah 60 tahun merdeka. Media cetak pun tidak ketinggalan dengan menyajikan tulisan-tulisan khusus yang menyorot tajam 'kemunduran' yang dialami bangsa kita setelah terlepas dari 'Penjajah'. Bahkan para blogger pun tidak ketinggalan memeriahkan suasana kemerdekaan dengan tulisan dan tema Merah Putih.
Tema-tema yang diangkat tayangan televisi, media cetak, dan blogger memiliki sebuah kesamaan. Kesamaan tersebut berupa kesadaran bahwa kemerdekaan yang telah berumur 60 tahun pada hakikatnya belum sepenuhnya didapat. Kesadaran bahwa sebagai bangsa, Indonesia sedang mengalami kemunduran di setiap sendi kehidupan. Kesadaran bahwa sebagai bangsa kita masih belum cerdas dalam menghadapi tantangan globalisasi. Kesadaran bahwa kita masih saja terlena dengan kondisi alam kayanya yang sebenarnya mulai binasa akibat ketamakan. Kesadaran bahwa kerukunan dari berbagai agama dan suku bangsa yang ada belum sepenuhnya berjalan.
Tidak sedikit sebenarnya putra-putri Ibu Pertiwi yang cerdas telah berjasa mengharumkan nama bangsa. Tidak terhitung pula anak bangsa yang tulus dan ikhlas dalam membangun negeri namun sayangnya terlalu naif. Wajar jika bangsat-bangsat bodoh anak bangsa yang justru menguasai birokrasi dan hukum rimba. Pun memaki-maki para dedemit binti siluman nan haus darah tidaklah ada guna. Bisa jadi teriakan berupa caci maki sebenarnya mengarah ke teman, kerabat, saudara, orang tua, atau justru diri sendiri.
Sungguh buram kondisi bangsa ini. Lalu apa upaya sebagai anak bangsa yang biasa-biasa ini guna membangun dan memperbaiki itu semua? Saya sendiri tidak tahu upaya apa itu. Tulisan ini setidaknya sebagai sarana penyadaran dan penggugat diri sendiri agar lebih serius, tekun, bekerja keras, dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan setiap pekerjaan. Juga untuk selalu siap sesuai dengan kemampuan setiap ada kesempatan untuk menolong orang lain. Juga untuk memantapkan diri ini untuk menjadi 'Pahlawan tanpa tanda jasa'!
Mudah-mudahan hal yang kecil, sepele, dimulai dari diri sendiri, dan dimulai saat ini juga dapat memberikan kontribusi walau tidak berarti banyak bagi Ibu Pertiwi.