Betapa nikmatnya bisa berbelanja di pagi buta di pasar tradisional. Saya sudah lupa terakhir kali pergi ke pasar entah sendirian atau menemani ibunda berbelanja. Yang sedikit teringat adalah sewaktu saya masih 'nyantri' di bangku Tsanawiyyah di sebuah pondok 'Perdamaian' di kota Solo Jawa Tengah. Setiap pagi hari di hari Jum'at (hari libur nasional para santri) saya selalu menyempatkan lari pagi dan mampir di Pasar Kleco sekedar membeli jajanan khas seperti Getuk. Dengan beralaskan sendal saya bersama teman-teman duduk di pinggir sungai (udah lupa lagi namanya :() menikmati Getuk yang dibungkus dengan daun pisang. Waktu itu dengan uang seratus lima puluh (150) rupiah mendapatkan porsi yang cukup untuk sarapan. Murah meriah yang bikin puas hati dan nikmat.
Nah, tadi pagi saya kembali lagi muter-muter di pasar tradisional. Para pedagang dengan semangat menjajakan dagangannya seperti buah-buahan, sayuran, dan bahan-bahan makanan lainnya. Bau rokok tingwe (ngelinting dewe) yang tercium mengingatkan masa kecil dan kampung kakek. Terdapat sebuah lapak seorang ibu setengah baya yang ramai diserbu banyak orang. Si ibu menjajakan nasi uduk beserta gorengannya, kopi, teh, dan rokok kretek. Pokoknya lengkap untuk menikmati sarapan pagi yang sederhana. Tak jauh dari lapak ibu tersebut terlihat gerobak bakso dan ketoprak. Melihat dan mencium berbagai aroma makananan khas itu membuat perut berbunyi tidak karuan. Laper! Hehehe...
Aura pasar tradisional benar-benar tidak berubah. Hawa Indonesia yang saya rasakan sewaktu saya kecil masih tetap terjaga. Mungkin inilah yang membuat saya menikmati jalan-jalan di pasar tradisional di pagi buta. Masa bodoh dengan keadaan yang kotor, becek, dan bau. Pokoknya nikmat.
Berhubung saya terlalu terkesan dengan keadaan pasar yang ramai, saya kelupaan untuk mengabadikannya dalam jepretan kamera digital. Saya hanya berhasil mengambil sebuah foto. Itupun seadanya jadi maklum ya kalau tidak maksimal.
Pagi hari di pasar tradisional Kemiri Depok.
Nah sewaktu pulang, saya sempatkan membeli tiga bungkus Pecel. Sesampainya di rumah langsung saja ingin segera memanjakan perut yang dari tadi bunyi tidak karuan. Pagi hari sarapan dengan Pecel berlaukan Bakwan dan Tahu Isi ditemani segelas teh manis hangat dan diiringi musik dangdut klasik sungguh nikmat! Lidah bergoyang, mulut kepedesan, dan mata merem melek nikmatin suara Herlina Effendy yang menyanyikan Suling Bambu. Sebenernya masih ada yang kurang. Sebatang rokok kretek! *saya bukan perokok aktif*.
Pecel pedes yang terdiri dari sayur-sayuran ditemani bakwan dan tahu isi goreng. Sarapan 3000 perak. Hehehe...
Indonesia banget gak sih?! :p