Matematika, Kenapa Tidak?

Senang dan bangga mempunyai adik yang tergolong cerdas. Ada perasaan haru dan bahagia melihat keberhasilannya kuliah di perguruan tinggi negeri. Semenjak kelas tiga SMP saat usianya masih 14 tahun ia sudah harus kehilangan bimbingan dan kasih sayang dari seorang ayah. Masih terekam jelas di memori saya bagaimana kaget dan sedihnya adik saya mengetahui ayahandanya meninggal dunia sesaat setelah shalat tarawih di bulan suci Ramadhan. Ternyata semua kesedihan itu dapat dilaluinya dengan baik hingga akhirnya ia berhasil menuai prestasi demi prestasi.

Saya merasa belum dapat menjadi seorang kakak yang baik. Apalagi jika dibandingkan dengan kesabaran dan ketekunan almarhum ayah saya dalam memperhatikan dirinya. Beruntung, ibu saya adalah seorang yang bermental baja. Kasih sayangnya yang luar biasa ternyata mampu membuat adik saya melalui saat-saat sedih tersebut dan bahkan membuat motivasi dirinya untuk maju sangat besar. Sebagai kakak saya hanya berusaha menangkap minat dan bakatnya. Setelah itu berusaha menjuruskan minat dan bakatnya tanpa memaksakan kehendak mengenai masa depan (jurusan) yang harus digelutinya di perkuliahan. Sekarang ia memulai perjuangan babak baru dalam hidupnya.

Baiklah, sebenarnya saya ingin menampilkan salah satu tulisannya. Di usianya yang masih 18 tahun, tulisannya cukup bagus. Ia mampu bercerita dan menuliskan pemikirannya dengan baik tentang mengapa akhirnya ia memilih Jurusan Matematika. Berikut tulisannya:

Banyak orang tidak tertarik dengan jurusan matematika. Mereka bertanya-tanya mau jadi apa nantinya kalau sudah lulus dari jurusan matematika. Lalu kenapa saya bisa tertarik dan masuk jurusan matematika?

Sejak kecil, saya sudah tertarik dengan pelajaran matematika lebih dari pelajaran lainnya. Lain halnya dengan pelajaran biologi, fisika, dan kimia yang menuntut agar saya harus menghafal begitu banyak teori dan rumus agar dapat menguasainya, di matematika saya mendapatkan keleluasaan dan imajinasi berpikir untuk dapat menguasainya. Memang masih banyak rumus yang harus dihafal, tetapi tidak sesulit di pelajaran lainnya.

Meskipun saya menyukai pelajaran matematika lebih dari yang lainnya, sampai kelas 3 SMA saya tidak ada pemikiran untuk memasuki jurusan matematika. Saya masih beranggapan bahwa jika kuliah di jurusan matematika, saya hanya akan bisa bekerja sebagai guru atau dosen matematika. Sama sekali tidak terpikir jenis pekerjaan lainnya yang membutuhkan ahli matematika.

Sebenarnya sejak masuk SMA, saya mempunyai minat dan perhatian lebih terhadap dunia bisnis. Saya mencoba mencari uang ketika di SMA dengan berbagai cara. Hal ini membuat kakak saya menyarankan kepada saya untuk masuk matematika saja. Kemudian saya bertanya-tanya kenapa harus masuk matematika. Setelah dijelaskan oleh kakak saya, akhirnya saya mengerti. Saya dapat mengembangkan minat saya di bidang bisnis dan wirausaha dengan masuk jurusan statistika. Dengan mempelajari statistika, saya bisa menumbuhkan pola pikir seorang pengusaha. Bukan berarti jurusan ini adalah tujuan akhir saya. Ini hanyalah jembatan awal dari cita-cita saya yang akan saya jelaskan kemudian.

Tetapi tidak seperti di IPB yang mempunyai jurusan statistika sendiri, di UI tidak terdapat jurusan statistika. Dan saya tidak menaruh minat terhadap IPB. Saya merasa saya harus kuliah di UI yang memang sebagai satu-satunya universitas yang menyandang nama bangsa Indonesia. Selain itu saya tinggal di Depok, jadi tidak jauh dengan UI. Setelah saya telusuri ternyata ada jurusan statistika di UI tapi menjadi bagian dari jurusan matematika.

Akhirnya pada saat awal kelas 3 SMA saya memutuskan untuk masuk jurusan matematika UI. Saya mulai serius belajar untuk bisa masuk ke sana. Berbagai try out sudah saya ikuti untuk mengetes kemampuan saya dan ternyata nilai saya selalu mencukupi. Di akhir kelas 3, saya ikut PPKB UI jurusan matematika.

Selama kelas 3 SMA, saya juga sempat berpikir untuk masuk teknik industri karena di sana saya juga dapat mengembangkan bakat saya. Tetapi saya sudah terlanjur ikut PPKB, artinya jika saya diterima PPKB maka saya akan mengambilnya, jika tidak maka saya akan masuk teknik industri. Saya sempat ragu dan akhirnya saya serahkan kepada Allah dan menunggu yang terbaik. Ternyata saya diterima di matematika UI, maka saya tidak jadi mengambil SPMB. Saya yakin pilihan Allah inilah yang terbaik.

Kembali ke anggapan orang-orang di awal. Kini saya sudah kuliah di jurusan matematika, saya jadi tahu kalau ternyata saya bisa mendapatkan banyak pekerjaan. Ternyata di matematika UI itu sendiri terbagi menjadi lima bidang yaitu matematika murni, statistika, komputasi, riset operasi, dan aktuaria. Jadi bukan hanya bisa jadi guru atau dosen jika kuliah di jurusan matematika. Lebih dari itu, saya bisa mendapat pekerjaan di setiap perusahaan karena setiap perusahaan pasti butuh ahli statistika atau komputer. Bahkan saya bisa membuat lapangan pekerjaan sendiri.

Sekali lagi saya tekankan bahwa ini bukanlah tujuan akhir saya di universitas. Tujuan akhir saya di universitas adalah saya dapat masuk S2 ekonomi sehingga saya dapat menyalurkan minat saya. Saya masuk jurusan matematika jurusan statistika adalah agar saya mempunyai dasar-dasar yang kuat untuk melanjutkan S2 nanti.

Demikianlah alasan saya memilih jurusan matematika. Saya sudah mempunya cita-cita dengan masuk di jurusan matematika. Mungkin di masa-masa mendatang akan ada rencana-rencana baru dalam hidup saya. Mungkin juga ada perubahan dalam rencana yang sekarang, misalnya ternyata saya tidak jadi masuk bidang statistika tetapi malah masuk bidang lain di jurusan matematika. Manusia memang dapat merencanakan sesuatu tetapi tetap saja Allah yang memutuskan. Jadi, enjoy aja!

Dek Amri, semoga kelak cita-citamu terwujud ;-)